KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
dimana karena berkat dan rahmat-Nya saya bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah
ini disusun guna memberikan pengetahuan tentang “Free Seks Dampak Runtuhnya Nilai
Moralitas Remaja di tengah Arus Globalisasi”. Sehingga kita mengetahui apa itu
free seks di zaman modern sekarang ini, banyak orang yang kurang mengetahui
tentang free seks, sehingga free seks banyak terjadi di kalangan masyarakat,
terutama di kalangan remaja (pelajar). Semua itu dikarenakan kurangnya ilmu
pengetahuan yang ada pada diri seseorang atau remaja itu sendiri.
Kehadiran makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi masyarakat. Sehingga tidak banyak terjadi penyimpangan seks di zaman
sekarang ini yang memberi dampak hilangnya
nilai moral remaja. Guru dan orang tua adalah pelaku utama pembentukan
dan penanaman nilai moral dalam membantu serta implementasinya terhadap dunia
pendidikan. Makalah ini dibuat guna untuk memenuhi tugas mata kuliah “Perkembangan
Peserta Didik“ yang dibimbing oleh Dra.Aflely Dewina M.pd.Saya sebagai penulis
mengucapkan terima kasih banyak kepada kedua orang tua saya yang telah
memberikan semangat kepada saya untuk dapat menyelesaikan makalah ini, kemudian
kepada Ibu Dra.Aflely Dewina M.pd selaku dosen dari mata kuliah Perkembangan
Peserta Didik ini karena dengan bimbingan beliau saya dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Dalam penyusunannya tak luput dari kekhilafan penulis maka
sangat diperlukan sekali kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Dan semoga makalah ini berguna terutama terhadap mahasiswa yang
ingin mengetahui penyebab runtuhnya nilai moralitas pada diri remaja khususnya
pelajar dalam mengembangkan taraf hidup manusia dengan kemajuan ilmu tekhnologi
pada zaman modernisasi yang mempunyai korelasi dengan sikap prilaku remaja dalam
melakukan aktifitas belajar serta usaha Guru dan orang tua dalam pembinana
nilai moral anak-anaknya dalam segala jenis pergaulan. Makalah ini sebagai
salah satu pedoman atau acuan materi pelajaran yang sangat bermanfaat bagi
pembacanya, amin.
Padang,
Februari 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………...i
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………………..ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang …………………………………………………………………..........
B. Ungkapan
Masalah…………………………………………………………….............
C.
Tujuan Pembahasan ………………………………………………………...................
BAB II PERMASALAHAN
A. Bagaimana kondisi masyarakat
Indonesia tentang free seks………………………
B. Apakah faktor-faktor yang mendorong
remaja melakukan sex diluar nikah............
C. Apakah dampak dari pergaulan
bebas.......................................................................
BAB III PEMBAHASAN
A.
Pengertian Nilai dan Moral……………………………………………………………
B.
Definisi Free Seks dan Globalisasi …………………………………………………...
C.
Faktor-Faktor Yang Menyebabkan
Terjadinya Free Seks …………………................
D.
Faktor-faktor penyebab runtuhnya nilai
moralitas remaja……………………….........
E.
Cara untuk memperbaiki moral remaja dan solusinya.………………………………..
BAB
IV PENUTUP
A. KESIMPULAN………………………………………………………………..............
B. SARAN………………………………………………………………………..............
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada pembahasan ini penyusun akan mengangkat masalah Free
Sex. Melihat dari perkembangan zaman sekarang ini, pergaulan terasa semakin
bebas, bahkan terlalu bebas. Sehingga banyak remaja yang menyalahgunakan
kebebasan itu sendiri. Banyak yang bilang masa remaja adalah masa yang paling
indah untuk berpacaran. Tapi terkadang keindahan itu banyak yang di salah
gunakan, pacaran banyak yang berakhir dengan bunuh diri, Free Sex dan
kekerasan. Penyebab dari akhir pacaran seperti yang diatas, contohnya seperti
remaja yang tidak mempedulikan dan menuruti perkataan serta nasihat dari
orangtua, dan tidak jarang juga orang tua yang terlalu memberikan kebebasan
kepada anak-nya sendiri. Yang namanya pacaran pasti ada dampaknya pada
kehidupan kita entah itu positif atau negative tergantung pada kita yang
menjalaninya. Hal ini sangat berpengaruh pada remaja yang mana cara berpacaran
para remaja sangatlah antusias dalam melakukan seks bebas. Dorongan perasaan
dan keinginan seksual cukup pesat pada remaja dapat mengakibatkan remaja
menjadi rentan terhadap pengaruh buruk dari luar yang mendorong timbulnya
perilaku seksual yang beresiko tinggi. Pengaruh buruk tersebut dapat berupa
informasi-informasi yang salah tentang hubungan seksual, misalnya film-film,
buku-buku, dan lainnya. Hal tersebut dapat mendorong remaja untuk berprilaku
seksual aktif (melakukan hubungan intim sebelum menikah), yang mempunyai resiko
terhadap remaja itu sendiri. Resiko tersebut dapat berupa kehamilan remaja
dengan berbagai konsekuensi psikologi seperti putus sekolah, rasa rendah diri,
kawin muda, dan perceraian dini. Selain itu, resiko lain yang dihadapi dari
perilaku seksual aktif tersebut adalah abortus, penyakit menular, gangguan
saluran reproduksi pada masa berikutnya (tumor), dan berbagai gangguan serta
tekanan psikoseksual/sosial di masa lanjut yang timbul akibat hubungan seksual
remaja pranikah.
Dengan terus berkembangnya teknologi, maka informasi yang
salah tentang seksual mudah sekali didapatkan oleh para remaja, sehingga media
massa dan segala hal yang bersifat pornografis akan menguasai pikiran remaja
yang kurang kuat dalam menahan pikiran emosinya, karena mereka belum boleh
melakukan hubungan seks yang sebenarnya yang disebabkan adanya norma-norma,
adat, hukum dan juga agama. Semakin sering seseorang tersebut berinteraksi atau
berhubungan dengan pornografi maka akan semakin beranggapan positif terhadap
hubungan seks secara bebas demikian pula sebaliknya, jika seseorang tersebut
jarang berinteraksi dengan pornografi maka akan semakin beranggapan negatif
terhadap hubungan seks secara bebas. Apabila anak remaja sering dihadapkan pada
hal-hal yang pornografi baik berupa gambar, tulisan, atau melihat aurat,
kemungkinan besar dorongan untuk berhubungan secara bebas sangat tinggi, bisa
lari ketempat pelacuran atau melakukan dengan teman sendiri.
Hal-hal yang merugikan dari perilaku terhadap seks bebas
tidak akan terjadi, apabila individu memiliki kesadaran bertanggung jawab yang
kuat. Dan bila remaja dihadapkan pada rangsangan sosial yang tidak baik seperti
seks bebas maka remaja akan dapat menentukan sikap yang salah yaitu sikap yang
negatif atau tidak mendukung perilaku terhadap seks bebas, sebaliknya bila
remaja memiliki sikap dengan tanggung jawab yang rendah maka terbentuklah
pribadi yang lemah sehingga mudah terjerumus pada pergaulan yang salah sehingga
berlanjut kepada perilaku seks bebas.
B. Ungkapan masalahan
1.
Apa Pengertian Nilai dan Moral?
2.
Apa Definisi Free Seks dan Globalisasi?
3.
Apa Faktor-Faktor Yang Menyebabkan
Terjadinya Free Seks?
4.
Apa Faktor-faktor penyebab runtuhnya
nilai moralitas remaja?
5.
Bagaimana Cara untuk memperbaiki moral
remaja?
C. Tujuan
Ingin
memberitahukan bahaya tentang pergaulan bebas, supaya masyarakat Indonesia
mengetahui akibat dari pergaulan bebas itu. Dan menghindarinya supaya tidak
terjerumus ke dalam pergaulan bebas tersebut, oleh karena itu penulis
mengangkat masalah yang berkenaan dengan free sex, dengan tujuan memberitahukan
bahwa remaja adalah generasi bangsa yang mengerti akan nporma-norma kehidupan.
BAB
II
PERMASALAHAN
Masa remaja adalah masa peralihan
dari anak-anak menuju ketahap dewasa, dimana pada masa ini remaja memiliki rasa
ingin mengetahui sesuatu hal dengan coba-coba hal yang baru. Remaja
sebagai generasi penerus bangsa memiliki peran dan posisi yang strategis.
Mereka merupakan harapan masa depan bangsa. Maju atau mundurnya bangsa
dan Negara ada di pundak mereka. Kalau mereka maju maka majulah Negara,
tetapi kalau mereka bobrok, mundur, dan loyo, maka mundurlah Negara. Sudut
pandang psikologi para remaja sebagai generasi penerus memiliki potensi yang
bisa dikembangkan secara maksimal. Potensi mereka yang prospektif, dinamis,
energik, penuh vitalitas, patriotism dan idealism harus dikembangkan melalui pendidikan
dan pelatihan yang terencana dan terprogram. Remaja sebagai generasi penerus juga
memiliki kemampuan potensial yang bisa diolah menjadi kemampuan actual. Selain
itu juga memiliki potensi kecerdasan intelektual,emosi dan sosial, berbahasa,
dan keserdasan seni yang bisa diolah menjadi kecerdasan aktual yang dapat
membawa mereka kepada prestasi yang tinggi dan kesuksesan.
Era
globalisasi pada saat sekarang ini pertemanan, pergaulan sangat membawa
pengaruh yang cukup tinggi terhadap remaja. Hal ini terjadi disebabkan karena Generasi
remaja sekarang dihadapkan kepada problem- problem besar kehidupan dari akibat
pola perteman, persahabatan dan pergaulanya dan kemajuan tekhnologi bahkan
cenderungnya mengarahkan mereka pada pola kehidupan yang selalu berupaya
menghindari kesukaran, mencari, dan memproduksi kemudahan-kemudahan dengan
tawaran pemusatan hasrat, keinginan dan nafsu. Adapun remaja melakukan hubungan sex bebas yang
menyebabkan banyak remaja yang hamil diluar nikah:
1.
Bagaimana
kondisi masyarakat Indonesia tentang pergaulan bebas pada zaman globalsasi?
2.
Apa
Faktor-faktor yang mendorong remaja melakukan sex diluar nikah?
3.
Apa
Dampak dari pergaulan bebas?
A. Kondisi Masyarakat Indonesia
Kondisi masyarakat Indonesia saat ini dalam keadaan anomie,
yaitu system sosial dimana tidak ada petunjuk atau pedoman. Tingkah laku
kebiasaan-kebiasaan dan aturan-aturan yang biasa berlaku tiba-tiba tidak
berlaku lagi. Akibatnya terjadi individualisme, dimana individu-individu
bertindak hanya menurut kepentingannya masing-masing dan tidak memperhatikan
norma-norma. Keadaan anomie ini tentu hanya berlaku terhadap anggota masyarakat
dewasa, melainkan juga terhadap genarasi muda. Salah satu bukti tentang adanya
kondisi anomie dikalangan generasi muda adalah dalam segi kehidupan seksual, yaitu
terjadinya pergaulan bebas.
Norma-norma masyarakat dan
norma-norma agama seharusnya mampu mempengaruhi prilaku seorang sehingga
menjadi filter terhadap terjadinya prilaku-prilaku negative, termasuk prilaku
seks bebas namun dalam realitasnya teknologi komunikasi dan globalisasi telah
menyebabkan masuknya bermacam-macam norma dan nilai-nilai baru yang berasal
dari budaya luar. Dengan kata lain norma masyarakat dan norma agama kita telah
tergeser oleh norma dan nilai-nilai baru dari budaya luar yang memicu
terjadinya prilaku seks bebas.
Ada beberapa sebab yang dapat dijadikan alasan merebaknya "wabah
mengerikan" ini, di antaranya adalah:
1. Pengaruh
Negatif Media Massa
Media masssa seperti televisi, film, surat kabar, majalah
dan sebagainya belakangan semakin banyak memasang dan mempertontonkan
gambar-gambar seronok dan adegan seks
serta kehidupan yang glamour yang jauh dari nilai-nilai agama. Hal ini
diperparah lagi dengan berkembangnya tehnologi internet yang menembus
batas-batas negara dan waktu yang memungkinkan kawula muda mengakses hal-hal
yang bisa meningkatkan nafsu seks. Informasi tentang seks yang salah turut
memperkeruh suasana. Akibatnya remaja cenderung ingin mencoba dan akhirnya
terjerumus kepada sex bebas (free sex).
2. Lemahnya Keimanan
Hampir semua, bila tidak mau dikatakan semua, perilaku seks bebas, tahu akan beban dosa
Hampir semua, bila tidak mau dikatakan semua, perilaku seks bebas, tahu akan beban dosa
yang mereka
terima. Tapi entah kenapa, bagi mereka hal itu 'dibelakangkan' dan
menjadikan
nafsu sebagai
pemimpin. Ini menunjukkan lemahnya rasa keimanan mereka.
3. Tidak adanya
pendidikan sex yang benar, tepat dan dilandasi nilai-nilai agama.
4. Lemahnya
pengawasan orang tua.
5. Salah dalam memilih teman.
B. Faktor Yang
Mendorong Remaja Melakukan Seks Diluar Nikah/ Seks Bebas
Faktor-faktor
yang mendorong remaja melakukan hubungan seks di luar nikah, adalah:
·
Karena
mispersepsi terhadap makna pacaran yang menganggap bahwa hubungan seks adalah
bentuk penyaluran kasih sayang.
·
Karena
kehidupan iman yang rapuh. Kehidupan beragama yang baik dan benar ditandai
dengan pengertian, pemahaman dan ketaatan dalam menjalankan ajaran-ajaran agama
dengan baik tanpa dipengaruhi oleh situasi kondisi apapun.
·
Masa
remaja terjadi kematangan biologis. Seorang remaja sudah dapat melakukan fungsi
reproduksi sebagaimana layaknya orang dewasa sebab fungsi organ seksualnya
telah bekerja secara normal. Hal ini membawa konsekuensi bahwa seorang remaja
akan mudah terpengaruhi oleh stimuli yang merangsang gairah seksualnya,
misalnya dengan melihat Film porno, cerita cabul, dan gambar-gambar erotis.
Kematangan biologis yang tidak disertai dengan kemampuan mengendalikan diri
cenderung berakibat negatif, yakni terjadi hubungan seksual pranikah dimasa
pacaran. Sebaliknya kematangan biologis yang disertai dengan kemampuan
mengendalikan diri akan membawa kebahagian remaja dimasa depannya sebab ia
tidak akan melakukan hubungan seksual pranikah.
·
Kurangnya
kasih sayang orang tua, kurangnya pengawasan dari orang tua dan pergaulan
dengan teman yang tidak sebaya.
·
Peran dari perkembangan Iptek yang
berdampak negative, tidak adanya bimbingan kepribadian dari sekolah.
·
Dasar-dasar agama yang kurang.
·
Tidak adanya media penyalur bakat dan
hobinya.
·
Kebebasan yang berlebihan, masalah yang
dipendam.
·
Pola kolektivitas (paguyuban) dalam
masyarakat yang semakin mengerut akibat proses modernisasi dan globalisasi.
C. Dampak dari Bahayanya Pergaulan Bebas
Free Sex-nya sementara dari landasan teori yang menjelaskan
bahwa salah satu penyebab perilaku Free Sex adalah karena mispersepsi terhadap
pacaran sehingga dari situ menunjukan suatu perbedaan antara landasan
pemahaman. Hal ini dapat terjadi karena pertama, secara teori seringkali
diungkapkan bahwa sikap merupakan predisposisi (penentu) yang memunculkan
adanya perilaku yang sesuai dengan sikapnya. Sikap tumbuh, diawali dari
pengetahuan yang dipersepsikan sebagai suatu hal yang baik (positif) maupun
tidak baik (negatif) kemudian diinternalisasikan kedalam dirinya. Dari apa yang
diketahui tersebut akan mempengaruhi pada perilakunya kalau apa yang
dipersepsikan tersebut bersifat positif, maka seseorang cenderung berperilaku
sesuai dengan persepsinya. Kalau seseorang mempersepsikan secara negative, maka
Ia pun cenderung melakukan kesalahan.
Namun sering kali
dalam kehidupan realitasnya, banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi
perilaku seseorang, misalnya lingkungan sosial, situasi atau kesempatan mungkin
seseorang memiliki sikap positif terhadap sesuatu hal, tetapi dalam
kenyataannya perilakunya tidak sesuai atau bertentangan dengan sikap tersebut,
sementara remaja di Indonesia mempunyai pemahaman dan penilaian tersendiri
mengenai pacaran, menunjukkan bahwa pacaran itu identik dengan konotasi
negative yang lebih mengangap bahwa pacaran itu identik dengan perilaku yang
tidak bisa terlepas dari aktifitas yang mengarah pada free sex. Faktor
religiusitas berpengaruh negative terhadap perilaku free sex seseorang, semakin
tinggi religiusitas seseorang maka makin rendah perilaku free sex-nya dan
sebaliknya semakin rendah religiusitas seseorang maka akan semakin tinggi
perilaku free sex-nya. Dari situ menunjukkan bahwa pemahaman dan pengamalan
nilai-nilai serta ajaran-ajaran agama yang sudah terinternalisasi dalam
kehidupan remaja ternyata berkolerasi signifikan dengan perilaku free sex.
Agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu system nilai yang memuat
norma tertentu dan secara umum menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan
berprilaku agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya.
Pengaruh sistem nilai dalam agama,
nilai pribadi dirasakan oleh individu sebagai prinsip yang menjadi pedoman
hidup. Dalam realitanya memiliki pengaruh mengatur pola perilaku, pola berpikir
dan pola bersikap. Ketika religiusitas seseorang baik maka Ia akan mempunyai
keimanan dan ketakwaan yang kuat pula dalam mengendalikan keinginan-keinginan
yang bertentangan dengan norma-norma agama. Dengan religiusitas yang baku,
remaja mempunyai pengendali, sehingga tindakan yang dilakukannya selalu mengacu
kepada ajaran-ajaran agama yang pernah diteriman. Dampak dari sex bebas (free sex), khususnya pada remaja
dapat dibagi menjadi beberapa:
1. Bahaya Fisik
Bahaya fisik yang dapat terjadi adalah terkena penyakit
kelamin (Penyakit Menular Sexual/ PMS)
dan HIV/AIDS serta bahaya kehamilan dini yang tak dikehendaki. PMS
adalah penyakit yang dapat ditularkan dari seseorang kepada orang lain melalui
hubungan seksual. Seseorang berisiko tinggi terkena PMS bila melakukan
hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral
maupun anal. Bila tidak diobati dengan
benar, penyakit ini dapat berakibat serius bagi kesehatan reproduksi, seperti
terjadinya kemandulan, kebutaan pada bayi yang baru lahir bahkan kematian.
Penyakit klamin yang dapat terjadi adalah kencing nanah (Gonorrhoe), raja singa
(Sifilis), herpes genitalis, limfogranuloma venereum (LGV), kandidiasis,
trikomonas vaginalis, kutil kelamin dan sebagainya. Karena bentuk dan letak
alat kelamin laki-laki berada di luar tubuh, gejala PMS lebih mudah dikenali,
dilihat dan dirasakan. Tanda-tanda
PMS pada laki-laki antara lain:
·
berupa
bintil-bintil berisi cairan,
·
lecet
atau borok pada penis/alat kelamin,
·
luka tidak sakit; keras dan berwarna
merah pada alat kelamin,
·
adanya kutil atau tumbuh daging seperti
jengger ayam,
·
rasa
gatal yang hebat sepanjang alat kelamin,
·
rasa
sakit yang hebat pada saat kencing,
·
kencing
nanah atau darah yang berbau busuk,
·
bengkak
panas dan nyeri pada pangkal paha yang kemudian berubah menjadi borok.
Pada perempuan sebagian besar tanpa gejala sehingga
sering kali tidak disadari. Jika
ada gejala, biasanya berupa antara
lain:
·
rasa
sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual,
·
rasa nyeri pada perut bagian bawah,
·
pengeluaran
lendir pada vagina/alat kelamin,
·
keputihan berwarna putih susu, bergumpal
dan disertai rasa gatal dan kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya,
·
keputihan
yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal,
·
timbul
bercak-bercak darah setelah berhubungan seksual,
·
bintil-bintil berisi cairan,
·
lecet
atau borok pada alat kelamin.
Salah
satu faktor terbesar yang mengakibatkan remaja kita terjerumus ke dalam prilaku
seks bebas adalah kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya.
Perilaku seks bebas pada remaja saat ini sudah cukup parah. Peranan agama dan
keluarga sangat penting untuk mengantisipasi perilaku remaja tersebut. Sebagai
makhluk yang mempunyai sifat egoisme yang tinggi maka remaja mempunyai pribadi
yang sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan di luar dirinya akibat dari rasa
ingin tahu yang sangat tinggi. Tanpa adanya bimbingan maka remaja dapat
melakukan perilaku menyimpang. Untuk itu, diperlukan adanya keterbukaan antara
orang tua dan anak dengan melakukan komunikasi yang efektif.
2.
Penyakit
Penyakit yang akan timbul akibat melakukan seks bebas yaitu
salah satunya adalah penyakit Hepatitis B. Yang mana di Indonesia sekitar 1
dari 20 orang mengidap penyakit Hepatitis B. Penyakit ini dipicu oleh banyak
hal, antara lain pola hidup tidak sehat, tidak menggunakan barang yang steril,
dan seks bebas. Penularannya bisa melalui darah, ari-ari janin dan cairan tubuh
yaitu air liur dan sperma. Menurut Dr. Widarjati S. KGEH dari Rumah Sakit Mitra
Keluarga, Jakarta, Hepatitis B adalah radang yang mengenai jaringan hati (hepar).
Seseorang bisa dikatakan terkena hepatitis tergantung pada jenis hepatitis itu
sendiri dan faktor penyebabnya. Bisa disebabkan oleh infeksi virus,
obat-obatan, bahan kimia, reaksi hipersensitivitas, dan bisa juga akibat dari
suatu infeksi yang dapat menyebabkan kematian.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Makna Nilai dan Moral
Moral berasal
dari bahasa Latin mores, dari suku kata mos yang artinya adat istiadat, kelakuan, watak, tabiat, akhlak. Dalam
perkembangannya moral diartikan sebagai kebiasaan dalam bertingkah laku yang
baik, yang susila(Suyitni dalam Soenarjati 1989:25). Dari pengertian itu
dikatakan bahwa moral adalah berkenaan dengan kesusilaan. Seorang individu
dapat dikatakan baik secara moral apabila bertingkah laku sesuai dengan
kaidah-kaidah moral yang ada. Dalam arti umum moral
adalah tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral
disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di
mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh
manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang
mempunyai moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Sebaliknya
jika perilaku individu itu tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada, maka Ia
akan dikatakan jelek secara moral.
Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan
bermasyarakat secara utuh, penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan
masyarakat setempat. Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam
berinteraksi dengan manusia, apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan
nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta
menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral
yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan Agama, moral
juga dapat diartikan sebagai sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan
seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman, tafsiran,
suara hati, serta nasihat, dll.Oleh karena itu moral diartikan secara
khusus sebagai kondisi pikiran, perasaan, ucapan, dan perilaku manusia yang
terkait dengan nilai-nilai baik dan buruk.
Moral
memiliki 3 arti dasar yaitu:
1. Nilai
dan Norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya
2. Kumpulan
asas atau nilai moral.
Seperti:
Kode Etik Jurnalistik
3. Ilmu
tentang yang baik atau buruk (Teori
Pendidikan Nilai Moral).
B.
Arti Free Sex dan Globalisasi
Seks
bebas ( Free Sex) merupakan tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual yang
ditujukan dalam bentuk tingkah laku. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), Seks berarti jenis kelamin, hal yg berhubungan degan alat kelamin,
berahi. Sedangkan bebas berarti lepas sama sekali (tidak terhalang, terganggu,
sehingga dapat bergerak, berbicara, berbuat, dengan leluasa). Jadi seks bebas
adalah hubungan seksual yang dilakukan diluar ikatan pernikahan, baik suka sama
suka atau dalam dunia prostitusi.
Globalisasi
berarti sebuah proses saling keterhubungan antar negara dan masyarakat. Ini
adalah gambaran bagaimana kejadian dan kegiatan di satu bagian dunia memiliki
akibat signifikan bagi masyarakat dan komunitas di bagian dunia lainnya. Ini
bukan saja soal ekonomi tapi bahkan meningkatnya saling ketergantungan sosial
dan budaya dari desa global yang meniru dan menggunakan“. Dengan arti yang lain
globalisasi adalah merupakan sebuah kategori luas yang mencakup banyak aspek dan
makna. Globalisasi yang di tandai dengan pesatnya teknologi komunikasi dan
transportasi, telah membuat dunia menjadi semakin kecil dan semakin terkoneksi,
yang mengakibatkan meningkatnya interaksi antar individu, kelompok dari
berbagai penjuru dunia. Dengan demikian interaksi yang telah berlangsung tidak
terlepas dari pertukaran berbagai informasi antara individu, kelompok yang
melintasi batas Negara, sehingga tidak menutup kemungkinan perubahan di
beberapa aspek kehidupan terjadi. Perkembangan barang-barang seperti
telefon, televise, dan internet, menunjukkan bahwa bahwa komunikasi global
terjadi sedemikian cepat. Sementara melalui massa semacam turisme memungkinkan
kita merasakan hal dari budaya yang berbeda.
Globalisasi
yang membentuk ruang pertumbuhan antara kultur global dan kultur lokal telah
menjadikan proses tarik menarik antara pencakokan kultur atau imperialisme
kultur. Dorongan yang semakin kuat oleh kekuatan internasional dan di bantu
dengan semakin cepatnya informasi media telah meletakkan imperialisme kultur
menjadi lebih dominan sehingga jangan heran apabila realitas homogenitas
menjadi lebih dominan daripada hiterogenitas, adalah sebuah barang tentu jika
hari ini bangsa kita juga tertular oleh penyakit hidonisme yang merupakan hasil
pertautan dalam dunia global, antara nilai lokal dan nilai yang di bawa dari
barat melalui globalisasi. Bagi bangsa barat budaya hidonisme merupakan suatu
kewajaran bagi manusia karena setiap manusia pasti selalu mendambakan
kesenangan dan kenikmatan, yang sering menjadi dasar bagi pandangan ini adalah
(HAM).
C. Faktor-faktor Penyebab Runtuhnya Moralitas Remaja.
Beberapa
hari belakangan ini kita mendengar adanya peristiwa bunuh diri yang terjadi
sangat ramai. Entah kebetulan atau tidak, kebanyakan pelaku bunuh diri adalah
para remaja terutama para wanita. Dan kejadian bunuh diri ini kebanyakan
terjadi di beberapa pusat perbelanjaan dan juga apartemen. Ini semua tidak
lepas dari salah pergaulan yang mereka jalani. Memang tidak dipungkiri bahwa
para generasi remaja jaman sekarang sangat mudah terguncang jiwanya. Mereka
begitu rentan terhadap sebuah kejadian yang terjadi di sekitarnya, yang
mengakibatkan mereka mudah depresi. Baik itu yang berasal dari keluarga ataupun
lingkungan sekitarnya. Mungkin hal ini disebabkan oleh kehidupan generasi muda
zaman sekarang yang bebas dan tidak memiliki aturan. Sehingga mereka dapat
bertindak dengan sesuka hatinya tanpa memperdulikan sekelilingnya yang mungkin
saja menggangu orang lain dan membuat orang lain tersinggung.
Hal ini terjadi disebabkan karena generasi
remaja sekarang dihadapkan kepada problem- problem besar kehidupan dari akibat
pola perteman, persahabatan dan pergaulanya dan kemajuan tekhnologi bahkan
cenderungnya mengarahkan mereka pada pola kehidupan yang selalu berupaya
menghindari kesukaran, mencari, dan memproduksi kemudahan-kemudahan dengan
tawaran pemusatan hasrat, keinginan dan nafsu.
Memang
saat ini pembelajaran kepribadian di tingkat sekolah mulai berkurang. Mereka
tidak diajari cara menghadapi tantangan hidup dengan baik. Hanya pelajaran
formal yang diutamakan sehingga moral generasi sekarang ini semakin jatuh dan
melakukan segala sesuatu tidak dipikir dengan matang. Akibatnya, banyak
kejadian yang melanggar norma-norma kehidupan. Mulai dari bunuh diri, hamil di
luar nikah, narkoba dan masih banyak lagi. Bila semua ini terus terjadi,
tidaklah mungkin bila suatu saat nanti negara ini akan hancur, karena, generasi
muda yang kelak menjadi pemimpin bangsa ini memiliki moral yang buruk. Untuk
itu kita sebagai generasi muda yang memiliki pendidikan harus bersikap yang
baik sesuai dengan aturan kehidupan yang ada.
Faktor-Faktor yang menyebabkan runtuhnya moralitas remaja
yaitu:
1. Faktor
keluarga yang paling menentukan terwujudnya moral anak bangsa yang baik adalah
dari orang tua. Banyak orang tua yang tidak peduli kepada anak-anak nya atau
tidak berperilaku adil kepada anak-anak nya. Orang tua terkadang lebih
mengekang anaknya agar menjadi sesuai dengan apa yang diinginkannya.
2. Pentingnya
pendidikan, baik disekolah maupun dimana yang tidak baik adalah timbulnya
ketidakadilan kepada pendidik. Contohnya, guru yang memberikan pertanyaan hanya
kepada orang yang pintar saja sedangkan orang yang kurang pintar tidak
diperhatikan sama-sekali. Ini bisa membuat si kurang pintar menjadi iri dan
tertekan karena si pendidik itu tidak adil terhadap orang yang masih kurang
pintar. Apabila anak dididik tidak baik maka menjadi tidak baik begitu sebaliknya.
3.
Perkembangan teknologi yang sangat cepat.
Teknologi yang semakin modern, memungkinkan penggunanya untuk dapat mengakses
informasi dengan sangat cepat. Sebut saja ada video mesum terbaru yang beredar
di sebuah media atau internet. Maka dengan bantuan internet, video tersebut
dapat tersebar luas dengan hitungan menit kesemua daerah di seluruh nusantara
ini dengan bantuan internet.Dan juga facebook sebuah media komunikasi
yang memiliki banyak dampak bagi pelajar dan anak bangsa seperti:
·
Membuat seseorang
menjadi autis
·
Kurangnya
sosialisasi dengan lingkungan
·
Menghamburkan
uang
·
Mengganggu
kesehatan
·
Berkurangnya
waktu belajar
·
Kurangnya
perhatian untuk keluarga
·
Tersebarnya data
pribadi
·
Mudah menemukan
sesuatu berbau pornografi dan sex
·
Rawan terjadinya
perselisihan
·
Penipuan dan
Lain-lain.
4. Berkurang nilai-nilai pendidikan moral
disetiap jenjang pendidikan formal. Mulai dari tingkat dasar sampai perguruan
tinggi. Pendidikan cenderung diarahkan kepada pencapaian kemampuan kognitif
siswa saja.
5. Pola
kolektivitas (paguyuban) dalam masyarakat yang semakin mengerut akibat proses
mondernisasi dan globalisasi. Artinya nilai-nlai sosial dalam kehidupan
bermasyarakat telah berganti dengan semangat indiviualisme sehingga memperlemah
kontrol sosial dalam masyarakat tersebut sehingga penyimpangan mulai marak dan
tinggi intensitasnya.
D.
Cara
untuk memperbaiki moralitas remaja ditengah arus Globalisasi
Anak
remaja pada umumnya, merupakan anak yang sedang mencari jati dirinya.Yang
terkadang melakukan hal-hal yang tidak biasa dilakukannya. Namun, pada zaman
sekarang kebanyakan remaja yang sedang berkembang melakukan hal-hal yang
tidak memiliki moral.Seperti tidak menghargai orang tuanya dan guru-gurunya
disekolah. Namun ini hanya sebagian kecilnya saja. Padahal, seharusnya seorang
anak harus memiliki moral yang baik karena para pemuda –pemudi ini yang kelak
akan menjadi penerus bangsa.Moral yang harusnya dimiliki anak remaja adalah
seperti berikut: berperilaku baik,melakukan kewajibannya,berbudi pekerti,dll. Namun
pada saat ini moral yang dimiliki anak remaja adalah berperilaku bejat,
bermabuk-mabukan,bermain judi bahkan bermain perempuan. Hal tersebutlah
yang menyatakan bahwa anak remaja telah mengalami kemerosotan akhlak dan
kerusakan moral yang memprihatinkan semua pihak.
Mereka
memiliki potensi moral yang dapat diolah dan dikembangkan menjadi moral yang
positif sehingga mampu berpartisipasi aktif dalam pembangunan bangsa dan Negara
yang penuh dengan kejujuran, tidak korup, semangat yang tinggi dan
bertanggungjawab. Potensi mereka yang prospektif, dinamis, energik, penuh
vitalitas, patriotisme dan idealisme telah dibuktikan ketika jaman Pergerakan
Nasional, pemuda pelajar telah banyak memberikan kontribusi dalam kehidupan
berbangsa dan berNegara. Hal itu bisa terwujud apabila semua potensi mereka
dikembangkan dan salah satunya adalah potensi moral. Oleh karena itu remaja
sebagai generasi penerus harus diselamatkan melalui Pendidikan Nilai Moral.
Sehingga harkat dan martabat bangsa bias terangkat. Kualitas hidup meningkat,
dan kesejahteraan serta kenyamanan pun bisa didapat.
Ada
5 Cara yang harus dilakukan oleh para remaja maupun para pemuda yaitu:
1. Mari
kita meningkatkan kualitas diri,yakni bagaimana cara kita untuk mencitrakan
diri sebagai seorang pelajar: berupaya
terus menguatkan iman dan kepercayaan masing-masing.
2. Menjadi
cerdas dan bijak dalam menghadapi problem-problem besar.
3. Memperbaiki
system pendidikan yang ada di Indonesia agar menjadi system pendidikan yang
lebih baik lagi.
4. Memperbaiki
keagamaan para remaja Indonesia dengan cara banyak melakukan kegiatan
keagamaan.
5. Menyaring
setiap budaya yang masuk kedalam kehidupan para remaja.
Dilihat
dari substansinya, ada empat pendekatan yang dianggap sebagai gerakan utama
dalam pendidikan nilai yang komprehensif terhadap remaja yaitu realiasi nilai,
pendidikan watak, pendidikan kewarganegaraan, dan pendidikan moral. Pendidikan
moral merupakan salah satu pendekatan yang dianggap sebagai gerakan utama dalam
pendidikan nilai secara komprehensif. Tujuan utama pendidikan moral adalah
menghasilkan individu yang otonom, memahami nilai-nilai moral dan memiliki
komitmen untuk bertindak konsisten dengan nilai-nilai tersebut. Pendidikan
moral mengandung beberapa komponen yaitu: pengetahuan tentang moralitas,
penalaran moral, perasaan kasihan dan mementingkan kepentingan orang lain, dan
tendensi moral (Zuchdi, 2003:13).Adapun beberapa pendekatan yang dapat
digunakan dalam penanaman nilai moral pada remaja menurut Dwi Siswoyo dkk,
(2005:72-81) adalah indoktrinasi, klarifikasi nilai, teladan atau contoh, dan
pembiasaan dalam perilaku.
a) Indoktrinasi
Menurut Kohn (dalam Dwi Siswoyo, 2005:72)
menyatakan bahwa untuk membantu anak-anak supaya dapat tumbuh menjadi dewasa,
maka mereka harus ditanamkan nilai-nilai disiplin sejak dini melalui interaksi
guru dan siswa. Dalam pendekatan ini guru diasumsikan telah memiliki nilai-nilai
keutamaan yang dengan tegas dan konsisten yang ditanamkan kepada anak. Aturan
mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan disampaiakan
secara tegas secara terus menerus dan konsisten. Jika anak melanggar maka Ia
dikenai hukuman, akan tetapi bukan berupa kekerasan.
b)
Klarifikasi Nilai
Dalam pendekatan klarifikasi
nilai, guru tidak secara langsung menyampaikan kepada anak mengenai benar
salah, baik buruk, tetapi siswa diberi kesempatan untuk menyampaiakan dan
menyatakan nilai-nilai dengan caranya sendiri. Anak diajak untuk mengungkapkan
mengapa perbuatan ini benar atau buruk. Dalam pendekatan ini anak diajak untuk
mendiskusikan isu-isu moral. (Dwi Siswoyo (2005:76).
c) Teladan
atau Contoh
Anak-anak mempunyai kemampuan
yang menonjol dalam hal meniru. Oleh karena itu seorang guru hendaknya dapat
dijadikan teladan atau contoh dalam bidang moral. Baik kebiasaan baik maupun
buruk dari guru akan dengan mudah dilihat dan kemudian diikuti oleh anak. Figur
seorang guru sangat penting utuk pengembangan moral anak. Artinya nilai-nilai
yang tujuannya akan ditanamkan oleh guru kepada anak seyogyanya sudah mendarah
daging terlebih dahulu pada orang tua dan gurunya.
d) Pembiasaan
dalam Perilaku
Kurikulum yang terkait dengan
penanaman moral, lebih banyak dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan tingkah
laku dalam proses pembelajaran. Ini dapat dilihat misalnya, pada berdoa sebelum
dan sesudah belajar, berdoa sebelum makan dan minum, mengucap salam kepada guru
dan teman, merapikan mainan setelah belajar, berbaris sebelum masuk kelas dan
sebagainya. Pembiasaan ini hendaknya dilakukan secara konsisten, jika anak
melanggar segera diberi peringatan. Pendekatan lain yang dapat digunakan dalam
penanaman nilai moral menurut W. Huitt (2004) diantaranya adalah inculcation,
moral development, analysis, klarifikasi nilai, dan action learning.
Ø Inculcation
Pendekatan ini bertujuan untuk
menginternalisasikan nilai tertentu kepada siswa serta untuk mengubah
nilai-nilai dari para siswa yang mereka refleksikan sebagai nilai tertentu yang
diharapkan. Metode yang dapat digunakan dalam pendekatan ini diantaranya
modeling, penguatan positif atau negatif, alternatif permainan, game dan
simulasi, serta role playing.
Ø Moral
development
Tujuan dari pendekatan ini
adalah membantu siswa mengembangkan pola-pola penalaran yang lebih kompleks
berdasarkan seperangkat nilai yang lebih tinggi, serta untuk mendorong siswa
mendiskusikan alasan-alasan pilihan dan posisi nilai mereka, tidak hanya
berbagi dengan lainnya, akan tetapi untuk membantu perubahan dalam tahap-tahap
penalaran moral siswa. Metode yang dapat digunakan diantaranya episode dilema
moral dengan diskusi kelompok kecil yang dapat menumbuhkan nilai dan jiwa norma
yang beradab.
Ø .Analysis
Pendekatan ini bertujuan untuk
membantu siswa menggunakan pikiran logis dan penelitian ilmiah untuk memutuskan
masalah dan pertanyaan nilai, untuk membantu siswa menggunakan pikiran
rasional, proses-proses analitik, dalam menghubungkan dan
mengkonseptualisasikan nilai-nilai mereka, serta untuk membantu siswa menggunakan
pikiran rasional dan kesadaran emosional untuk mengkaji perasaan personal,
nilai-nilai dan pola-pola perilakunya. Metode yang dapat digunakan dalam
pendekatan ini diantaranya diskusi rasional terstruktur yang menuntut aplikasi
rasio sama sebagai pembuktian, pengujian prinsip-prinsip, penganalisaan
kasus-kasus analog dan riset serta debat.
Ø Klarifikasi
nilai
Tujuan dari pendekatan ini
adalah membantu siswa menjadi sadar dan mengidentifikasi nilai-nilai yang
mereka miliki dan juga yang dimiliki oleh orang lain, membantu siswa
mengkomunikasikan secara terbuka dan jujur dengan orang lain tentang
nilai-nilai mereka, dan membantu siswa menggunakan pikiran rasional dan
kesadaran emosional untuk mengkaji perasaan personal, nilai-nilai dan pola
berikutnya.
Ø Action
learning
Tujuan dari pendekatan ini
adalah memberi peluang kepada siswa agar bertidak secara personal ataupun
sosial berdasarkan kepada nilai-nilai mereka, mendorong siswa agar memandang
diri mereka sendiri sebagai makhluk yang tidak secara otonom interaktif dalam
hubungan sosial personal, tetapi anggota suatu sistem sosial. Metode yang dapat
digunakan dalam pendekatan ini adalah metode-metode didaftar atau diurutkan
untuk analisis dan klarifikasi nilai, proyek-proyek di dalam sekolah dan
praktek kemasyarakatan, keterampilan praktis dalam pengorganisasian kelompok
dan hubungan antar pribadi.
E. Implementasi Penanaman Nilai Moralitas dan solusinya
Pendidikan
moral tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah oleh guru saja. Ini dapat
dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Tiga lingkungan yang
amat kondusif untuk melaksanakan pendidikan ini, yaitu lingkungan keluarga,
lingkungan pendidikan, dan lingkungan masyarakat. Diantara ketiganya, merujuk
pada Dobbert dan Winkler (1985), lingkungan keluarga merupakan faktor dominan
yang efektif dan terpenting. Peran keluarga dalam pendidikan nilai adalah
mendukung terjadinya proses identifikasi, internalisasi, panutan, dan
reproduksi langsung dari nilai-nilai moral yang hendak ditanamkan sebagai pola
orientasi dari kehidupan keluarga. Lingkungan keluarga menjadi lahan paling
subur untuk menumbuh kembangkan pendidikan moral. Secara operasional, yang
paling perlu diperhatikan dalam konteks di lingkungan keluarga adalah penanaman
nilai-nilai kejujuran dalam segenap aspek kehidupan keluarga. Contoh sikap dan
perilaku yang baik oleh orang tua dalam pergaulan dan kehidupan mereka dapat
menjadi teladan bagi anak-anaknya. Hal yang tidak kalah penting, pendidikan
moral harus dilaksanakan sejak anak masih kecil dengan jalan membiasakan mereka
kepada peraturan-peraturan dan sifat-sifat yang baik, serta adil. Sifat-sifat
tersebut tidak akan dapat difahami oleh anak-anak, kecuali dengan pengalaman
langsung yang dirasakan akibatnya dan dari contoh orang tua dalam kehidupannya
sehari-hari.
Pendidikan
moral yang paling baik sebenarnya terdapat dalam agama, karena nilai-nilai
moral yang dapat dipatuhi dengan kesadaran sendiri tanpa ada paksaan dari luar,
datangnya dari keyakinan beragama yang harus ditanamkan sejak kecil. Lingkungan
pendidikan juga menjadi wahana yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan
mental serta moral anak didik. Untuk itu, sekolah diharapkan dapat berfungsi
sebagai kawasan yang sejuk untuk melakukan sosialisasi bagi anak-anak dalam
pengembangan mental, moral sosial dan segala aspek kepribadiannya. Pelaksanaan
pendidikan moral di kelas hendaknya dipertautkan dengan kehidupan yang ada di
luar kelas. Pendidikan moral bisa disamakan pengertiannya dengan pendidikan
budi pekerti. Pendidikan moral merupakan pendidikan nilai-nilai luhur yang
berakar dari agama, adat-istiadat dan budaya bangsa Indonesia dalam rangka
mengembangkan kepribadian supaya menjadi manusia yang baik. Secara umum, ruang
lingkup pendidikan moral adalah penanaman dan pengembangan nilai, sikap dan
perilaku sesuai nilai-nilai budi pekerti luhur. Di antara nilai-nilai yang
perlu ditanamkan adalah sopan santun, berdisiplin, berhati lapang, berhati
lembut, beriman dan bertakwa, berkemauan keras, bersahaja, bertanggung jawab,
bertenggang rasa, jujur, mandiri, manusiawi, mawas diri, mencintai ilmu,
menghargai karya orang lain, rasa kasih sayang, rasa malu, rasa percaya diri,
rela berkorban, rendah hati, sabar, semangat kebersamaan, setia, sportif, taat
asas, takut bersalah, tawakal, tegas, tekun, tepat janji, terbuka, dan ulet.
Jika anggota masyarakat telah memiliki karakter dengan seperangkat nilai budi
pekerti tersebut, diyakini ia telah menjadi manusia yang baik.
Para pakar
meyakini bahwa keluarga adalah lingkungan pertama dimana jiwa dan raga anak
akan mengalami pertumbuhan dan kesempurnaan. Untuk itulah keluarga memainkan
peran yang amat mendasar dalam menciptakan kesehatan kepribadian anak dan
remaja. Tentu saja status sosial dan ekonomi keluarga di tengah masyarakat
berpengaruh pada pola berpikir dan kebiasaan anak. Dengan demikian, berdasarkan
bentuk dan cara interaksi keluarga dan masyarakat, anak akan memperoleh suasana
kehidupan yang lebih baik, atau sebaliknya, akan memperoleh efek yang buruk
darinya. Dalam pendidikan moral secara konvensional, untuk membentuk moral yang
baik dari seseorang, diperlukan latihan dan praktek yang terus menerus dari
individu. Hal ini menunjukkan pentingnya pemantapan nilai-nilai moral dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat secara kontinyu, terus menerus dan
berkesinambungan.
Moralitas dalam
diri seseorang dapat berkembang dari tingkat yang rendah ke tingkatan yang
lebih tinggi seiiring dengan kedewasaannya. Lawrence Kohlberg (1976)
menggambarkan tiga tingkatan moralitas yang dikaitkan dengan perspektif sosial
yang meliputi preconventional, conventional,
dan post conventional atau principled.
Pada tingkat preconventional (tingkatan
moralitas yang paling rendah) perspektif sosial moralitas
seseorang menunjukkan bahwa dirinya merupakan individu yang kongkrit. Oleh
karena itu, perilaku resiprokal sangat penting bagi orang yang berada dalam
tingkat moralitas ini. Dalam tingkatan moralitas ini kita sering menjumpai
perilaku seseorang dengan penalaran yang menunjukkan perspektif sosial
seperti: karena dia menyakiti saya, maka dia ganti saya sakiti; karena dia
mencuri milik saya, maka saya juga berhak mencuri milik dia; karena orang-orang
eksekutif ada yang korupsi mengapa saya sebagai wakil
rakyat tidak boleh korupsi, dan lain sebagainya. Pola berpikir moral seperti
ini tentu bisa dilakukan secara kolektif yang kemudian mencerminkan suatu
moralitas bangsa. Pada hakikatnya peraturan adalah untuk kesejahteraan manusia,
ketika dengan peraturan itu manusia tidak sejahtera, maka sebaiknya peraturan
itu yang seharusnya diubah. Dalam tahapan ini alasan moral yang universal
paling dominan. Orang tidak melakukan korupsi bukan karena takut dengan hukum,
dengan jaksa, polisi, dan lain sebagainya, tetapi dia tidak melakukannya karena
korupsi itu memang tidak pantas dilakukan oleh siapapun karena melanggar
prinsip moral seperti kejujuran, mencederai kepercayaan orang lain, tidak
sesuai dengan nurani, harkat, dan martabat kemanusiaan.
Selain
keluarga, penanaman nilai moral juga sangat efektif dilakukan dalam kehidupan
masyarakat. Seluruh anggota keluarga pada dasarnya adalah anggota dari sebuah
kelompok masyarakat. Dengan demikian, terjadi suasana hubungan timbal balik
yang saling mempengaruhi antara keluarga dengan masyarakat. Kumpulan dari
keluarga yang berkualitas, akan melahirkan masyarakat yang berkualitas.
Sebaliknya, masyarakat yang berkualitas akan membentuk dan menguatkan keluarga
yang berkualitas. Tidak dapat dipisahkan antara keluarga dengan masyarakat,
kendati tidak bisa didefinisikan dengan “mana ayam mana telur”. Kedua lembaga
ini jelas memiliki keterkaitan yang sangat kuat dalam memberikan pengaruh satu
kepada yang lainnya. Apabila moral dalam keluarga dan masyarakat berhasil
dimantapkan, akan menjadi jawaban ampuh menghadapi krisis kemanusiaan yang
ditimbulkan oleh peradaban modern dan globalisasi saat ini. Kemajuan Indonesia
di masa yang akan datang, bertumpu kepada keberhasilan melakukan pemantapan
moral dalam kehidupan keluarga dan masyarakat seluruhnya. Ketertinggalan ilmu
pengetahuan dan teknologi mudah dikejar oleh Indonesia, keterbelakangan ekonomi
bisa diatasi dengan berbagai program yang dirancang para ahli, namun keruntuhan
moral merupakan petaka yang sangat pantas ditangisi. Telah banyak orang pandai,
namun tidak memiliki landasan moral yang memadai. Dampaknya kepandaian yang
dimiliki justru menjadi potensi destruktif yang merugikan bangsa dan negara
tercinta. Tentu saja hal ini merupakan sebuah tantangan berat yang harus
dijawab oleh segenap komponen bangsa. Tidak banyak waktu kita miliki, sebelum
krisis kemanusiaan semakin menjadi-jadi dan berubah menjadi petaka kemanusiaan
yang bisa mengubur sejarah sebuah negara bernama Indonesia.
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pesatnya perkembangan Zaman membuat pergaulan menjadi bebas,
sehingga banyak remaja yang bergaul tanpa batasan dan etika. Contohnya dalam
berpacaran, para remaja berpacaran tidak mempunyai batasan serta etika sehingga
dalam berpacaran lebih banyak dampak negative dibandingkan dampak positif
seperti halnya seks bebas. Seks bebas terjadi karena adanya beberapa faktor
yang mendorong remaja terjerumus pada seks bebas sehingga banyak remaja yang
kehilangan masa-masa remajanya dikarenakan melakukan seks bebas sehingga
terjadilah pernikahan dini ataupun kematian. Kematian ini bisa terjadi karena
melakukan aborsi ataupun bunuh diri karena tidak siapnya menerima kenyataan
(hamil diluar nikah). Arus Globalisasi yang makin pesat cukup membuat remaja
cepat terpengaruh ke ha-hal negative, hal ini dipicu karena kurangnya control
diri remaja dan penanaman norma yang kurang baik sehingga memungkinkan remaja
untuk melakukan tindakan yang dapat merugikan dirinya sendiri. Semua kalangan
terutama orang tua dan pendidik harus bekerja-sama dan bekerja keras untuk mendidik
dan menanamkan nilai norma terhadap remaja agar, ancaman dan gangguan dapat di
antisipasi dengan baik.
B. Saran
Beberapa
saran yang perlu diperhatikan adalah:
- Kepada pihak orang tua, agar memperhatikan dalam membimbing dan mengarahkan remaja dengan dalam memberikan pandangan yang benar mengenai persepsi pacaran agar terhindar dari free sex.
- Kepada generasi muda agar menetapkan tujuan dan arah hidup yang jelas, belajar lebih mengenal diri sendiri, meningkatkan ke imanan dan ketakwaannya dengan mengisi kegiatan yang bermanfaat serta bergaul dengan teman secara benar sehingga dapat terhindar dan terjerumus pada perilaku free sex.
- Kepada para siswa agar selain belajar juga ikut ambil bagian dalam kegiatan yang positif dan kreatiff dalam rangka menyalurkan energi yang berlebih sehingga tidak mengarah pada penyaluran dorongan biologis secara langsung, misalnya dengan kegiatan keolahragaan, pecinta alam, dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat mengembangkan potensi dan bakat masing-masing.
- Kepada semua pihak agar bekerja sama dalam mendidik remaja, serta menjadi tauladan, contoh yang patut ditiru bagi remaja sehingga dapat menghindari remaja untuk melakukan ha-hal yang negative.
DAFTAR
PUSTAKA
Bahan
Ajar.2005. Perkembangan Peserta Didik. Padang: UNP Press
Internet. 2009. Makna Globalisasi.http://www.balipost.co.id.
(Online 02-02-2009)
Dobbert dan Winkler, 1985. Makna Nilai dalam Keluarga.
http://lib.atmajaya.ac.id,2009